SATU VESPA SEJUTA SAUDARA... SOLIDARITAS LEBIH PENTING DARIPADA MENGUKUR JAM TERBANG DAN MASALAH SENIORITAS

Kamis, 13 Maret 2014

BELAJAR DARI VESPA

Belajar dari Vespa

DJODY OCK
 
Pernah dengar Vespa Congo? Lho apa hubungannya Vespa dengan Congo? Sepertinya hal ini sangat ‘gak nyambung’ jika memikirkannya. Ok, kita lihat dulu sejarahnya, diawali dengan perang yang berkecamuk di benua Afrika dalam dekade 1960-an. Sebagai bagian dari kepedulian Bangsa Indonesia terhadap perdamaian dunia, maka Indonesia mengutus pasukan TNI terbaiknya (Pasukan GARUDA) ke Congo. Setelah berakhirnya tugas di Congo Pasukan Garuda Indonesia menerima tanda penghargaan dari Pemerintah RI salah satunya ya…itu… motor VESPA. Sejak itulah Vespa jenis berbodi bulat ini dinamakan VESPA CONGO. Sejak itu pula lah popularitas Vespa di tanah air naik. Dan yang menariknya lagi sampai sekarang Vespa Congo menjadi motor incaran para kolektor maupun penggemar scooterist di Indonesia dan seluruh dunia. Kenapa bisa? Konon kabarnya Vespa jenis ini bukan dibuat oleh pabrikan Italy tetapi oleh pabrikan Jerman dengan bodi baja yang lebih kuat dan keras serta tingkat kelengkapan lebih dari pada Vespa made in Italy yang umum beredar di Indonesia. Mau tahu berapa nilai Vespa Congo sekarang ini? “Sudah ada yang nawar 12,5 juta tapi nggak saya kasih!” begitu jawaban seorang veteran TNI ketika ada yang menawar. Lebih mengejutkan lagi Ada yang, mematok harga mulai 21 juta, 25 juta, bahkan 22.500 dollar AS (sekitar 213ju.



Skuter lawas ini pernah diajak tukar guling sama Toyota Kijang Innova yang harganya di atas Rp 150 juta. Bahkan yang terakhir, Larry Tungka, pemilik Vespa V31T 1951 ini sempat ditawari Honda CRV jika dia sudah tidak berminat lagi naik Vespa.

Tapi, namanya skuteris sejati memang enggak gelap mata. Ditawari barang mewah, nyaman dan berkelas engak ada artinya. Sebab kedua mobil itu katanya tidak sebanding dengan sejarah skuter yang sudah menemaninya sejak tahun 2000 silam.

“Tuh boil (mobil, red) memang pasaran. Tapi mimiliki dan menunggangi Vespa yang di produksi tahun ’51 dan masih banyak part aslinya, belum tentu semua orang punya. Itu yang bikin bangga dan selalu menghargai nilai story,” papar warga komplek Taman Fortuna BSD, Blok 8/Q, Serpong, Tangerang Selatan, Banten.

Cuma kalau mau lebih tahu dalam, apa sih yang bikin Larry sampai begitu ngotot mempertahankan skuter Italia miliknya ini. Sampai-sampai Harley-Davidson WLA dan bebebara motor tua yang pernah dimilikinya dilego hanya untuk skuter pinggul besar ini.

“Seperti dibilang. Vespa memang unik dibanding motor lain. Terutama pada bagian komponen pemindah gigi. Bisa dilihat dari bagian itu yang menyatu di tuas kopling dan modelnya pakai kabel. Kalau motor tua lain pakai batang pengungkit untuk oper gigi,” bangga Larry yang main Vespa sejak 1994.

Keunikan lainnya juga bisa dilihat dari bentuk tebeng dan bodi. Vespa tipe ini lebih lebar juga tidak ada nut di tengah. Banyak skuteris bilang, bagian itu biasa disebut dasi. “Apalagi lampu utama ada di sepatbor depan, bukan di setang seperti umumnya,” jelas Larry yang masih pegang sertifkat motor ini. He..he..he.. kayak tanah aja sampai dilangkapi sertifikat segala.

Dan kalau mau tahu kenapa dijaga segitu kuat dan telaten, ternyata beberapa bagian partnya di skuter dibuat dari bahan aluminium. Seperti di sepatbor depan, boks samping kanan-kiri, batok lampu depan-belakang juga rak boncenger. Artinya, memang nggak bakal karatan ya.

“Yang asli memang dibuat dari aluminium, bukan pelat. Makanya mesti ekstra hati-hati kalau enggak mau gampang rusak atau penyok. Sebab kalau sudah cacat, agak sulit untuk memperbaikinya kembali,” pesannya serius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar